Rabu

Menyisihkan waktu bukan menyisakan waktu untuk pelayanan kepada Tuhan

 

Daniel 6 : 10-11

Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. Lalu orang-orang itu bergegas-gegas masuk dan mendapati Daniel sedang berdoa dan bermohon kepada Allahnya.

1 Korintus 16:1-2

Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus, hendaklah kamu berbuat sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kuberikan kepada Jemaat-jemaat di Galatia. Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu  hendaklah kamu masing-masing--sesuai dengan apa yang kamu peroleh--menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan,   kalau aku datang.

Sangat sering kita mendengar bahkan mengalami sendiri Ketika di minta untuk pelayanan dalam bentuk apapun di Gereja, kita atau banyak yg lainnya akan mengatakan “ maaf saya sibuk sekali, saya kalua pulang kerja jam 7 malam tiap hari, sampai rumah pastis dah capek.” Atau “maaf anak-anak saya masih kecil-kecil repot sekali kalau mau pelayanan” dan jutaan kalimat-kalimat yang senada dengan itu. Tetapi disisi lainnya kita juga sering mendengar kalimat “ Gusti Mboten sare” atau “Allah tidak Tidur”. Dua kalimat yang bertolak belakang. Satu sisi kita merasa sangat padat, sangat sibu sehingga tidak mampu memberikan waktu untuk melayani asllah melalui sesame, tepi justru sebaliknya Allah bahkan tidak pernah “tidur” untuk melindungi kita, memberi rahmat, menyelamatkan, memeluk kita. Sebandingkah? Setimpalkah yang kita lakukan? Apakah benar tidak ada waktu untuk Tuhan? Pertanyaannya mungkin perlu diperdalam, apakah kita benar- benar tidak ada waktu atau mungkin justru kita sebenarnya tidak ada hati untuk Tuhan.

Mari kita belajar dari tokoh-tokoh dalam Alkitab. Rumusan “sisihkan, bukan sisakan” seharusnya juga menjadi rumusan untuk waktu khusus bersama Tuhan. Seperti nabi Daniel. Dalam kitab Daniel bab 6 di sebutkan bahwa Daniel adalah pembesar negara yang tentu sangat sibuk , tetapi yang mengagumkan, ia sudah punya waktu, bahkan metode yang tetap untuk selalu Berdoa (pelayanan) kepada Allah. Dalam konteks ini, Daniel sedang terancam akan dibunuh oleh orang yang tidak suka kepadanya dengan dilempar ke gua singa. Namun, 3x “berjumpa” dengan Allah bukan dilakukan Daniel karena panik dengan semua ancaman itu. Melainkan sudah menjadi pola kebiasaannya setiap hari. Ia benar-benar telah menyisihkan waktu yang terbaik untuk Allah, bukan memberi sisa waktu.

Santo Paulus kepada jemaat di korintus memberikan solusi Ketika mereka kesulitan memberikan persembahan, dengan alasan tidak memiliki sisa uang. Paulus meminta mereka mengubah cara pandang dari menyisakan, menjadi menyisihkan. Bukan menunggu sampai ada tetapi justru bagaimana menciptakan supaya ada.

Ke dua tokoh Alkitab ini mengajarkan kepada kita bahwa mungkin selama ini kita hanya memberi sisa-sisa waktu, sisa-sisa tenaga, serta kemauan sehingga waktu bersama Tuhan tidak berisi. Mari ubah pendekatan kita dengan menyisihkan (menyediakan)— bukan menyisakan—waktu untuk berdoa dan pelayanan. Mungkin awalnya terasa berat, tetapi mintalah pertolongan Roh Kudus agar kita bijak menempatkan prioritas hidup dan diperkenankan menikmati persekutuan yang indah dengan Allah tiap hari. Persekutuan dengan Allah menolong kita menghadapi situasi hidup apa pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar