Latar belakang
ASG
Penemuan mesin uap menjadi era baru bagi dunia.
Mesin uap mengawali indurtri modern bagi dunia. Perindustrian menumbuhkan
permasalahan baru yang sangat komplek. Mulai dari eksploitasi alam sampai pada
eksploitasi manusia. Muncul juga masalah upah, kepastian kerja, masalah
struktur masyarakat yang baru, dll.
Sejak
munculnya perkembangan industri, massa buruh berkembang di mana-mana tanpa
jaminan masa depan. Maka muncullah persoalan yang menyangkut bidang sosial,
ekonomi, dan keadilan.
Bebagai masalh tersebut mengugah Gereja untuk
berbica dan membela hak hidup manusia
Gereja
sebagai bagian dari dunia merasa terpanggil untuk menyumbangkan pemikiran
sembari menangkal aliran ekstrim yang salah, yaitu kapitalisme yang liberal dan
komunisme total. Gereja memusatkan perhatian pada pembelaan nilai-nilai dasar
kehidupan bersama yang pangkal tolaknya adalah paham manusia sebagai pribadi
sekaligus makhluk sosial.
ASG
Ajaran
Sosial Gereja (ASG) adalah ajaran Gereja mengenai hak dan kewajiban berbagai
anggota masyarakat dalam hubungannya dengan kebaikan bersama, baik dalam
lingkup nasional maupun internasional.
Ajaran Sosial Gereja lahir dan
berkembang untuk memberi inspirasi agar umat kristiani dan umat manusia pada
umumnya berperilaku adil dalam kehidupan. Gereja melalui Ajaran Sosial Gereja
memang mempunyai komitmen yang teguh, konsisten, dan berkesinambungan dalam
upaya berperilaku adil dalam kehidupan bersama.
5
prinsip dalam ASG
1. Prinsip
pertama dan yang paling penting di dalam ASG adalah prinsip penghargaan pada
martabat manusia. Setiap orang adalah pribadi yang berharga, karena ia
diciptakan sesuai dengan citra Tuhan.
2.
Prinsip kedua adalah upaya untuk menciptakan
kebaikan bersama. Setiap orang adalah bagian dari masyarakat. Tidak ada orang
yang bisa hidup sendiri. Oleh karena itu, setiap orang memiliki kewajiban untuk
membantu mewujudkan kesejahteraan bersama di masyarakat, dan berhak juga untuk
hidup sejahtera sebagai manusia yang bermartabat.
3.
Prinsip ketiga adalah solidaritas. Solidaritas
adalah ikatan yang menyatukan kita sebagai manusia.
4.
Prinsip keempat adalah prinsip subsidiaritas.
Artinya setiap kebijakan dan peraturan yang berlaku di masyarakat, baik itu
lokal, nasional, maupun internasional, haruslah sejalan dengan prinsip kebaikan
bersama.
5. Prinsip
kelima adalah keberpihakan pada mereka yang “kalah”. Mereka yang kalah ini
termasuk juga kelompok minoritas tertindas, dan juga orang-orang yang miskin
secara ekonomi, moral, maupun spiritual
ENSIKLIK-ENSIKLIK
DAN DOKUMEN KONSILI VATIKAN II YANG MEMUAT AJARAN SOSIAL GEREJA SEPANJANG MASA
TAHUN
|
TOKOH
|
NAMA
AJARAN
|
ISI
POKOK
|
15-05-1891
|
Paus Leo XIII
|
Rerum Novarum
|
Buruh harus diperlakukan secara adil
|
31-05-1931
|
Paus Pius XI
|
Quadragesimo Anno
|
Pembangunan ulang tata sosial yang adil dan
penyesuaiannya dengan hukum Injil
|
15-05-1961
11-04-1963
|
Paus Yohanes XXIII
|
1. Mater et Magistra
2. Pacem in Terris
|
1.
Perkembangan2 akhir masalah sosial dalam terang ajaran Kristiani.
2.
Usaha-usaha mencapai per-damaian semesta dalam ke-benaran,
keadilan, cinta kasih, dan kebebasan
|
07-12-1965
|
Paus Yohanes XXIII
|
Gaudium et Spes
|
Gereja dalam dunia modern: masalah sosial dan
keadilan
|
26-03-1967
14-05-1971
08-12-1975
|
Paus Paulus VI
|
1.
Popularum Progressio
2.
Octogesima Advenins
3.
Evangelii Nuntiandi
|
1. Mendesak agar pandangan
Konsili Vatikan II dilaksanakan, khususnya terkait dengan per-kembangan
bangsa-bangsa dalam perjuangan membebas-kan diri dari kelaparan, ke-sengsaraan,
penyakit endemik, dan kebodohan
2. Penegasan bahwa Rerum
Novarum merupakan amanat yang tetap, merupakan sumber inspirasi untuk
bertindak demi keadilan sosial
3. Anjuran bahwa pewartaan
Injil dalam dunia modern tidak terlepas dari perhatian terhadap keadilan
sosial
|
04-03-1979
14-08-1981
30-12-1987
01-05-1991
|
Paus Yohanes Paulus II
|
1.
Redemtor Hominis
2.
Laborem Exercens
3.
Sollicitudo Rei Sosialis
4.
Contessimus Annus
|
1. Peran Kristus sebagai
penebus manusia dan dengan-Nya menegakkan keadilan bagi manusia
2. Makna dan hakikat kerja
manusia sebagai kunci persoal-an sosial
3. Keprihatinan sosial Gereja
me-ngenai perkembangan sejati manusia dan masyarakat
4. Anjuran agar Gereja terus
menerus belajar untuk bergumul dengan soal-soal sosial
|
Ensiklik-ensiklik
sebelum 1961 menitikberatkan pada keadilan untuk kaum buruh, termasuk di dalamnya
fungsi sosial milik pribadi, upah adil, perlunya perubahan struktur masyarakat,
kehidupan keluarga dan perubahan mental. Mulai Mater et Magistra (1961) tekanan
pada segi pastoral dan praksis, dimensi internasional, dan HAM, misalnya:
ledakan penduduk, nilai kerja manusia, diskriminasi rasisme, dan ketidakadilan.
Bagaimana pengamalan Ajaran Sosial Gereja di Indonesia?
Perhatian
Gereja terhadap kaum miskin di Indonesia rasanya belum terlalu kuat. Ini
berarti bahwa Ajaran Sosial Gereja belum terlalu dipahami atau sekedar menjadi
wacana dan belum diamalkan. Mengapa?
1) Gereja cenderung menampilkan
diri sebagai Gereja beribadat, sehingga dimensi sosial kurang mendapat
perhatian.
2) Warga Gereja pada umumnya
bukan golongan yang menderita, sehingga tidak merasa terlibat.
3) Banyak orang kristiani demam
minoritas, sehingga takut berbuat sesuatu untuk kepentingan sosial.
4) Perkara sosial masih menjadi
bahan yang perlu dipelajari atau dicita-citakan, padahal perkara sosial akan
memiliki arti jika dilaksanakan.
Terimakasih Sudah Membantu:)
BalasHapus