Periode I (Antara tahun 1800 - 1600 S.M.): Zaman
Bapa-bapa bangsa (Abraham-Ishak-Yakub).
Periode ini adalah
awal sejarah bangsa Israel yang dimulai dari panggilan Abraham sampai dengan
kisah tentang Yakub. Dalam tahun inilah Bapa-bapa bangsa hidup. Sebagian kisah
mereka tersimpan dalam Kej 12 - 50. Kisah ini kemudian diteruskan secara lisan
turun temurun.
Periode II (Antara tahun 1600 - 1225 S.M.): Pengungsian
bangsa Israel ke Mesir sampai dengan Perjanjian Sinai
Periode ini adalah periode kisah bangsa
Israel mengungsi ke Mesir, perbudakan di Mesir, pembebasan dari Mesir sampai
Perjanjian di Sinai. Kisah-kisah tersebut juga masih disampaikan secara lisan.
Mungkin sekali 10 perintah Allah (Dekalog) dalam rumusan yang pendek sudah
ditulis pada masa ini sebagai pedoman hidup.
Ini adalah inti Kitab Keluaran
Periode III (Antara tahun 1225 - 1030 S.M.): Perebutan
tanah Kanaan dan zaman Hakim-Hakim.
Pada periode ini, bangsa Israel merebut
tanah Kanaan yang diyakini sebagai Tanah Terjanji di bawah pimpinan Yosua dan
kehidupan bangsa Israel di tanah yang baru di bawah para tokoh yang diberi gelar Hakim. Hakim-hakim itu
antara lain adalah Debora, Simson, dan
sebagainya. Di samping cerita pada masa ini, juga sudah terdapat beberapa
hukum.
Ini adalah inti Kitab Yosua
Periode IV (Antara tahun 1030 - 930 S.M.): Periode
Raja-Raja.
Pada periode ini, bangsa Israel memasuki
tahap baru dalam kehidupannya. Mereka mulai menganut sistem kerajaan yang
diawali dengan raja Saul, kemudian
digantikan oleh raja Daud dan diteruskan oleh raja Salomo, putra Daud.
Pada masa inilah bangsa Israel menjadi cukup terkenal dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Pada zaman raja
Saul, Daud, dan Salomo, bagian-bagian
Kitab Suci Perjanjian Lama mulai ditulis. Misalnya, Kisah Penciptaan Manusia, Manusia jatuh dalam dosa
dan akibatnya, Bapa-bapa Bangsa, Kisah Para Raja, beberapa bagian Mazmur, dan
hukum-hukum.
Kehidupan raja-raja inilah yang menjadi Inti Kita Raja-raja
Periode V (Antara tahun 930 - 722 S.M.): Kerajaan Israel
dan Yahuda.
Sesudah raja Salomo wafat, kerajaan Israel terpecah menjadi
dua, yaitu kerajaan Utara (Israel) dan kerajaan Selatan (Yuda). Kerajaan Utara
hanya berlangsung sampai tahun 722 S.M. Pada periode ini dilanjutkan dengan
penulisan Kitab-kitab Suci Perjanjian Lama yang melengkapi cerita-cerita Kitab
Taurat Musa serta beberapa tambahan hukum. Di samping itu, pada periode ini
mulai muncul pewartaan para nabi dan kisah para nabi seperti Elia dan Elisa,
Hosea, Amos. Beberapa bagian pewartaan para nabi mulai ditulis. Pada masa ini,
beberapa kumpulan hukum perjanjian mulai diterapkan dan ditulis. Kita dapat
membacanya dalam kitab Ulangan.
Periode VI (Antara tahun 722—587 S.M.): Kerajaan Yehuda
sesudah Kerajaan Israel runtuh.
Kerajaan Yehuda masih berlangsung sesudah
kerajaan Israel jatuh pada taun 722 S.M. Kerajaan Yehuda atau Yuda masih tetap
berdiri kokoh sampai akhirnya mereka dibuang ke Babilon pada tahun 587 S.M.
Pada masa ini beberapa tradisi tertulis tentang kisah bapa-bapa bangsa mulai
disatukan. Demikian juga, pewartaan para nabi mulai ditulis dan sebagian
diteruskan dalam bentuk lisan. Pada masa ini juga muncul tulisan tentang
sejarah bangsa Israel, beberapa bagian dari Mazmur, dan Amsal.
Periode VII (Antara tahun 586 - 539 S.M.): Zaman
pembuangan Babilon.
Orang-orang Israel yang berasal dari
Kerajaan Yuda hidup di pembuangan Babilon atau Babel selama kurang lebih 50
tahun. Pada masa ini, penulisan Kitab Sejarah dilanjutkan. Muncul pula tulisan
yang kemudian kita kenal dengan kitab Ratapan. Demikian pula halnya dengan
nabi-nabi, pewartaan para nabi sebelum pembuangan ditulis pada masa ini. Pada
periode ini juga muncul para imam yang menuliskan hukum-hukum yang sekarang
masuk dalam kitab Imamat.
Periode VIII (Antara tahun 538 - 200 S.M): Zaman sesudah
Pembuangan
Sesudah lima puluh tahun dalam pembuangan
di Babel, raja Persia[1], yaitu Koresy (Sirus), pada tahun 538 S.M. mengijinkan
umat Israel kembali ke tanah airnya dan membangun Bait Allh di Yerusalem.[2]
Pada masa ini kelima kitab Taurat telah diselesaikan. Juga kitab-kitab Sejarah
Yosua, Hakim-hakim, 1-2 Samuel, dan Raja-raja sudah selesai ditulis.
Kitab-kitab para nabi pun sudah banyak yang diselesaikan Dari ratusan nyanyian,
akhirnya dipilih 150 mazmur yang kita terima sampai sekarang. Pada masa ini
muncul pula beberapa tulisan Kebijaksanaan.
Periode IX (Dua abad terakhir / Antara Tahun 200 S.M. – 1
M):
Pada masa ini ditulislah kitab-kitab
seperti: Daniel, Ester, Yudith, Tobit, 1, 2 Makabe, Sirakh dan Kebijaksanaan
Salomo.
Kitab-kitab Perjanjian Lama pada awalnya ditulis dalam
bahasa Ibrani (Hebrew) bagi Israel, umat pilihan Allah. Tetapi setelah
orang-orang Yahudi terusir dari tanah Palestina dan akhirnya menetap di
berbagai tempat, mereka kehilangan bahasa aslinya dan mulai berbicara dalam
bahasa Yunani (Greek) yang pada waktu itu merupakan bahasa internasional. Oleh
karena itu menjadi penting kiranya untuk menyediakan bagi mereka, terjemahan
seluruh Kitab Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani. Pada waktu itu di Alexandria
berdiam sejumlah besar orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Selama pemerintahan
Ptolemius II Philadelphus (285 - 246 SM) proyek penterjemahan dari seluruh
Kitab Suci orang Yahudi ke dalam bahasa Yunani dimulai oleh 70 atau 72
ahli-kitab Yahudi - menurut tradisi - 6 orang dipilih mewakili setiap dari 12
suku bangsa Israel. Terjemahan ini diselesaikan sekitar tahun 250 - 125 SM dan
disebut Septuagint , yaitu dari kata Latin yang berarti 70 (LXX), sesuai dengan
jumlah penterjemah. Kitab ini sangat populer dan diakui sebagai Kitab Suci
resmi (kanon Alexandria) kaum Yahudi yang terusir, yang tinggal di Asia Kecil
dan Mesir. Pada waktu itu Ibrani adalah bahasa yang nyaris mati dan orang-orang
Yahudi di Palestina umumnya berbicara dalam bahasa Aram. Jadi tidak
mengherankan kalau Septuagint adalah terjemahan yang digunakan oleh Yesus, para
Rasul dan para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru. Bahkan, 300 kutipan dari
Kitab Perjanjian Lama yang ditemukan dalam Kitab Perjanjian Baru adalah berasal
dari Septuagint. Harap diingat juga bahwa seluruh Kitab Perjanjian Baru ditulis
dalam bahasa Yunani.
Setelah Yesus disalibkan dan wafat, para pengikut-Nya tidak
menjadi punah tetapi malahan menjadi semakin kuat. Pada sekitar tahun 100
Masehi, para rabbi (imam Yahudi) berkumpul di Jamnia, Palestina, mungkin
sebagai reaksi terhadap Gereja Katolik. Dalam konsili Jamnia ini mereka
menetapkan empat kriteria untuk menentukan kanon Kitab Suci mereka: [1] Ditulis
dalam bahasa Ibrani; [2] Sesuai dengan Kitab Taurat; [3] lebih tua dari jaman
Ezra (sekitar 400 SM); [4] dan ditulis di Palestina. Atas kriteria-kriteria
diatas mereka mengeluarkan kanon baru untuk menolak tujuh buku dari kanon
Alexandria, yaitu seperti yang tercantum dalam Septuagint, yaitu: Tobit, Yudit,
Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, Barukh, 1 Makabe, 2 Makabe, berikut
tambahan-tambahan dari kitab Ester dan Daniel. (Catatan: Surat Nabi Yeremia
dianggap sebagai pasal 6 dari kitab Barukh). Hal ini dilakukan semata-mata atas
alasan bahwa mereka tidak dapat menemukan versi Ibrani dari kitab-kitab yang
ditolak diatas.
Gereja Katolik tidak mengakui konsili rabbi-rabbi Yahudi ini
dan tetap terus menggunakan Septuagint. Pada konsili di Hippo tahun 393 Masehi
dan konsili Kartago tahun 397 Masehi, Gereja Katolik secara resmi menetapkan 46
kitab hasil dari kanon Alexandria sebagai kanon bagi Kitab-kitab Perjanjian
Lama. Selama enam belas abad, kanon Alexandria diterima secara bulat oleh
Gereja. Masing-masing dari tujuh kitab yang ditolak oleh konsili Jamnia,
dikutip oleh para Patriarch Gereja ( Church Fathers ) sebagai kitab-kitab yang
setara dengan kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian Lama. Church Fathers,
beberapa diantaranya disebutkan disini: St. Polycarpus, St. Irenaeus, Paus St.
Clement, dan St. Cyprianus adalah para Patriarch Gereja yang hidup pada
abad-abad pertama dan tulisan-tulisan mereka - meskipun tidak dimasukkan dalam
Perjanjian Baru - menjadi bagian dari Deposit Iman . Tujuh kitab berikut dua
tambahan kitab yang ditolak tersebut dikenal oleh Gereja Katolik sebagai
Deuterokanonika ( = second-listed ) yang artinya kira-kira: "disertakan
setelah banyak diperdebatkan".
sumber referensi : https://www.imankatolik.or.id/Sejarah_Kitab_Suci.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar