Inti ajaran Katolik berfokus pada kasih dan persaudaraan.
Ajaran ini, yang dihidupi oleh Yesus Kristus sendiri, mengajak kita untuk
memandang setiap individu sebagai saudara dan saudari, tanpa memandang
perbedaan yang ada. Ensiklik Fratelli Tutti yang ditulis oleh Paus Fransiskus
kembali menegaskan panggilan ini dengan merangkum dalam lima poin penting:
Persaudaraan Universal, Solidaritas Sosial, Budaya Perjumpaan, Politik yang
Lebih Baik, dan Peran Agama.
Solidaritas Sosial muncul sebagai konsekuensi logis dari persaudaraan universal. Jika kita semua merupakan saudara, berarti kita memiliki tanggung jawab moral untuk saling peduli, terutama terhadap mereka yang paling rentan. Ajaran Sosial Gereja Katolik, yang dipaparkan secara sistematis dalam Rerum Novarum oleh Paus Leo XIII dan dikembangkan lebih lanjut oleh para Paus setelahnya, menekankan pentingnya melindungi hak-hak kaum miskin dan tertindas. Paus Benediktus XVI, dalam ensiklik Caritas in Veritate, mengaitkan solidaritas dengan kasih dalam kebenaran, menegaskan bahwa tindakan kasih tanpa kebenaran dapat terperosok dalam sentimentalitas kosong, sementara kebenaran tanpa kasih bisa menjadi dingin dan tidak manusiawi. Solidaritas sejati mengharuskan kita untuk mengambil tindakan konkret guna mengatasi ketidakadilan dan membangun masyarakat yang lebih adil dan inklusif.
Budaya Perjumpaan mendorong kita untuk melampaui prasangka
dan ketakutan, serta membuka diri untuk berdialog dan bersahabat dengan orang
lain, bahkan dengan mereka yang berbeda dengan kita. Paus Fransiskus sering
kali menekankan pentingnya "perjumpaan," yang menggambarkan interaksi
otentik antar manusia, di mana kita saling mendengarkan, memahami, dan
memperkaya satu sama lain. St. Fransiskus dari Assisi, yang menjadi inspirasi ensiklik
Fratelli Tutti, menjadi teladan kuat dalam budaya perjumpaan melalui dialognya
dengan Sultan Mesir. Ia menunjukkan bahwa dialog dan persahabatan dapat
menjembatani perbedaan serta membangun perdamaian.
Politik yang Lebih Baik merupakan politik yang berorientasi
pada kebaikan bersama, bukan pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Ajaran Sosial Gereja menekankan pentingnya partisipasi warga negara dalam
kehidupan politik dan tanggung jawab para pemimpin untuk melayani kepentingan
umum. Konsili Vatikan II, dalam Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, menyerukan
tatanan sosial dan politik yang adil, yang menghormati martabat manusia dan
mempromosikan kesejahteraan semua. Politik yang baik harus didasarkan pada
prinsip-prinsip keadilan, solidaritas, dan subsidiaritas.
Peran agama memiliki signifikansi yang sangat besar dalam
mendorong persaudaraan dan perdamaian. Ketika dihayati dengan tulus, agama
dapat menjadi kekuatan utama untuk dialog, rekonsiliasi, dan kerjasama antar
umat manusia. Contoh nyata dari hal ini terlihat dalam Dokumen tentang
Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama, yang
ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Ahmad Al-Tayyeb,
pada tahun 2019. Dokumen ini menunjukkan bagaimana berbagai agama dapat bersatu
demi menciptakan dunia yang lebih baik, di mana agama tidak menjadi sumber
konflik, melainkan jembatan untuk membangun perdamaian dan persaudaraan.
Dengan mengejawantahkan kelima poin ini, kita memiliki
kesempatan untuk membangun dunia yang lebih berperikemanusiaan. sebuah dunia di
mana setiap individu diakui dan dihormati sebagai saudara dan saudari, di mana
keadilan dan perdamaian menjadi landasan hidup bersama. Ini adalah panggilan
bagi setiap orang Kristen, sebuah panggilan untuk menjadi saksi kasih Kristus
di tengah-tengah masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar