Kamis

Fratelli Tutti. sebuah dokumen yang indah untuk membangun peradaban yang penuh cinta kasih Allah

 

Inti ajaran Katolik berfokus pada kasih dan persaudaraan. Ajaran ini, yang dihidupi oleh Yesus Kristus sendiri, mengajak kita untuk memandang setiap individu sebagai saudara dan saudari, tanpa memandang perbedaan yang ada. Ensiklik Fratelli Tutti yang ditulis oleh Paus Fransiskus kembali menegaskan panggilan ini dengan merangkum dalam lima poin penting: Persaudaraan Universal, Solidaritas Sosial, Budaya Perjumpaan, Politik yang Lebih Baik, dan Peran Agama.

 Persaudaraan Universal, seperti yang dicantumkan dalam Fratelli Tutti, bukanlah sekadar sebuah gagasan ideal, melainkan sebuah realitas teologis yang berakar pada keyakinan bahwa kita semua diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. St. Yohanes Paulus II, dalam ensiklik Sollicitudo Rei Socialis, menekankan dimensi transenden manusia serta persatuan kodrati umat manusia. Kita semua terhubung dalam satu keluarga manusia, suatu kebenaran yang melampaui batas ras, agama, dan kebangsaan. Seperti yang diungkapkan oleh St. Agustinus, "Engkau telah menciptakan kami untuk diri-Mu sendiri, ya Tuhan, dan hati kami gelisah sampai ia beristirahat di dalam Engkau. " Kerinduan untuk bersatu ini tertanam dalam diri setiap manusia, sebuah kerinduan untuk kembali kepada Sang Pencipta, yang merupakan sumber persaudaraan sejati.

Solidaritas Sosial muncul sebagai konsekuensi logis dari persaudaraan universal. Jika kita semua merupakan saudara, berarti kita memiliki tanggung jawab moral untuk saling peduli, terutama terhadap mereka yang paling rentan. Ajaran Sosial Gereja Katolik, yang dipaparkan secara sistematis dalam Rerum Novarum oleh Paus Leo XIII dan dikembangkan lebih lanjut oleh para Paus setelahnya, menekankan pentingnya melindungi hak-hak kaum miskin dan tertindas. Paus Benediktus XVI, dalam ensiklik Caritas in Veritate, mengaitkan solidaritas dengan kasih dalam kebenaran, menegaskan bahwa tindakan kasih tanpa kebenaran dapat terperosok dalam sentimentalitas kosong, sementara kebenaran tanpa kasih bisa menjadi dingin dan tidak manusiawi. Solidaritas sejati mengharuskan kita untuk mengambil tindakan konkret guna mengatasi ketidakadilan dan membangun masyarakat yang lebih adil dan inklusif.

Budaya Perjumpaan mendorong kita untuk melampaui prasangka dan ketakutan, serta membuka diri untuk berdialog dan bersahabat dengan orang lain, bahkan dengan mereka yang berbeda dengan kita. Paus Fransiskus sering kali menekankan pentingnya "perjumpaan," yang menggambarkan interaksi otentik antar manusia, di mana kita saling mendengarkan, memahami, dan memperkaya satu sama lain. St. Fransiskus dari Assisi, yang menjadi inspirasi ensiklik Fratelli Tutti, menjadi teladan kuat dalam budaya perjumpaan melalui dialognya dengan Sultan Mesir. Ia menunjukkan bahwa dialog dan persahabatan dapat menjembatani perbedaan serta membangun perdamaian.

Politik yang Lebih Baik merupakan politik yang berorientasi pada kebaikan bersama, bukan pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Ajaran Sosial Gereja menekankan pentingnya partisipasi warga negara dalam kehidupan politik dan tanggung jawab para pemimpin untuk melayani kepentingan umum. Konsili Vatikan II, dalam Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, menyerukan tatanan sosial dan politik yang adil, yang menghormati martabat manusia dan mempromosikan kesejahteraan semua. Politik yang baik harus didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, solidaritas, dan subsidiaritas.

Peran agama memiliki signifikansi yang sangat besar dalam mendorong persaudaraan dan perdamaian. Ketika dihayati dengan tulus, agama dapat menjadi kekuatan utama untuk dialog, rekonsiliasi, dan kerjasama antar umat manusia. Contoh nyata dari hal ini terlihat dalam Dokumen tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama, yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Ahmad Al-Tayyeb, pada tahun 2019. Dokumen ini menunjukkan bagaimana berbagai agama dapat bersatu demi menciptakan dunia yang lebih baik, di mana agama tidak menjadi sumber konflik, melainkan jembatan untuk membangun perdamaian dan persaudaraan.

Dengan mengejawantahkan kelima poin ini, kita memiliki kesempatan untuk membangun dunia yang lebih berperikemanusiaan. sebuah dunia di mana setiap individu diakui dan dihormati sebagai saudara dan saudari, di mana keadilan dan perdamaian menjadi landasan hidup bersama. Ini adalah panggilan bagi setiap orang Kristen, sebuah panggilan untuk menjadi saksi kasih Kristus di tengah-tengah masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar