- Perayaan :5 September
-
Lahir :26 Agustus 1910
-
Kota asal : Skopje – Albania, Kerajaan Ottoman, (Sekarang Republik Macedonia)
-
Wilayah karya :India
-
Wafat :5 September 1997 di Calcutta, West Bengal, India - Sebab alamiah
-
Venerasi :20 December 2002 oleh Santo Paus Yohanes Paulus II
-
Beatifikasi :19 Oktober 2003 oleh Santo Paus Yohanes Paulus II
-
Kanonisasi :4 September 2016 oleh Paus Fransiskus
Santa Teresa dari
Kalkuta adalah seorang yang penuh cinta kasih, seorang kudus di abab
modern ini. Selama lebih dari 45 tahun, ia berkarya dari India,
melayani orang miskin, sakit, yatim piatu dan sekarat, sementara
membimbing ekspansi Misionaris Cinta Kasih yang pertama di seluruh India
dan selanjutnya di negara lain. Konggregasi Misionaris Cinta Kasih yang
didirikannyanya terus berkembang sepanjang hidupnya dan pada saat
kematiannya, ia telah menjalankan 610 misi di 123 negara, termasuk
penampungan dan rumah bagi penderita HIV/AIDS, lepra dan TBC, program
konseling untuk anak dan keluarga, panti asuhan, dan sekolah.
Kehidupan awal
Agnes Gonxha Bojaxhiu (Gonxha berarti
"kuncup mawar" atau "bunga kecil" di Albania) lahir pada tanggal 26
Agustus 1910 di lahir di Skopje – Albania Kerajaan Ottoman, (Sekarang
menjadi negara Republik Macedonia). Meskipun lahir pada tanggal 26
Agustus, ia menganggap 27 Agustus, hari ia dibaptis menjadi "ulang
tahun"nya. Dia adalah anak bungsu dari sebuah keluarga di Shkodër,
Albania, lahir dari pasangan Nikollë dan Drana Bojaxhiu. Ayahnya
meninggal pada tahun 1919 ketika ia baru berusia delapan tahun. Setelah
kematian ayahnya, ibunya membesarkannya sebagai seorang Katolik Roma
yang saleh.
Sejak kecil Agnes sudah terpesona oleh
cerita-cerita dari kehidupan misionaris dan pelayanan mereka di Benggala
India. Pada usia 12 tahun, ia sudah merasa yakin akan pilihan hidupnya
dan memutuskan untuk menjadi seorang biarawati. Pada usia delapan belas
tahun, bulan September 1928, Agnes masuk Biara Suster-suster Loreto di
Irlandia. Ia memilih nama Suster Maria Teresa sebagai kenangan akan
Santa Theresia Lisieux. Namun karena salah satu biarawati disitu sudah memilih nama itu, maka Agnes memilih menggunakan ejaan Spanyol : Teresa.
Bulan Desember 1928, Sr Teresa berangkat
ke India dan tiba di Kalkuta pada tanggal 6 Januari 1929. Setelah
mengucapkan Kaul Pertamanya pada bulan Mei 1931, Sr Teresa ditugaskan
untuk mengajar di sekolah putri St Maria, Calcutta. Pada tanggal 24 Mei
1937, Sr. Teresa mengucapkan Kaul Kekalnya, dan menjadi “pengantin
Yesus” untuk “selama-lamanya”. Sejak saat itu ia dipanggil Ibu Teresa.
Ia tetap mengajar di sekolah St Maria dan pada tahun 1944 diangkat
sebagai kepala sekolah.
Meskipun Teresa menikmati mengajar di
sekolah, ia semakin terganggu oleh kemiskinan di sekitarnya. Kelaparan
di Benggala 1943 membawa penderitaan dan kematian ke kota serta
kekerasan sektarian antara umat Hindu dan Muslim pada bulan Agustus 1946
membuat kota itu hidup dalam keputusasaan dan ketakutan.
Konggregasi Misionaris Cinta Kasih
Pada tanggal 10 September 1946, Teresa
mengalami "panggilan" saat bepergian dengan kereta api ke biara Loreto
di Darjeeling dari Kalkuta untuk retret tahunannya.
"Saya meninggalkan
biara dan membantu orang miskin sewaktu tinggal bersama mereka. Ini
adalah sebuah perintah. Kegagalan akan mematahkan iman."
Pada tanggal 10 September 1946, dalam
perjalanan kereta api dari Calcutta ke Darjeeling untuk menjalani retret
tahunannya, Ibu Teresa menerima “inspirasi”, “panggilan dalam
panggilan”-nya. Pada hari itu, dengan suatu cara yang tidak pernah dapat
dijelaskannya, dahaga Yesus akan cinta kasih dan akan jiwa-jiwa
memenuhi hatinya. Ibu Teresa lalu mengadopsi kewarganegaraan India dan
menghabiskan beberapa bulan di Patna untuk menerima pelatihan dasar
medis di Rumah Sakit Keluarga Kudus.
Pada tanggal 21 Desember untuk pertama
kalinya Ibu Teresa keluar-masuk perkampungan kumuh India. Ia mengunjungi
keluarga-keluarga, membasuh borok dan luka beberapa anak, merawat
seorang bapak tua yang tergeletak sakit di pinggir jalan dan merawat
seorang wanita sekarat yang hampir mati karena kelaparan dan TBC.
Setiap hari Ibu Teresa memulai hari barunya dengan persatuan dengan
Yesus dalam Ekaristi, lalu kemudian pergi dengan rosario di tangan,
untuk mencari dan melayani Yesus dalam “mereka yang terbuang, yang
teracuhkan, yang tak dikasihi”.
Setelah beberapa bulan, ia ditemani
oleh, seorang demi seorang, para pengikutnya yang pertama. Pada awal
tahun 1949, ia bergabung dalam usahanya dengan sekelompok perempuan muda
dan meletakkan dasar untuk menciptakan sebuah komunitas religius baru
untuk membantu orang-orang yang "termiskin di antara kaum miskin".
Teresa menulis dalam buku hariannya bahwa tahun pertamanya penuh dengan
kesulitan. Ia tidak memiliki penghasilan dan harus memohon makanan dan
persediaan. Teresa mengalami keraguan, kesepian dan godaan untuk kembali
dalam kenyamanan kehidupan biara. Ia menulis dalam buku hariannya:
“Tuhan ingin saya
masuk dalam kemelaratan. Hari ini saya mendapat pelajaran yang baik.
Kemelaratan para orang miskin pastilah sangat keras. Ketika saya mencari
tempat tinggal, saya berjalan dan terus berjalan sampai lengan dan kaki
saya sakit. Saya bayangkan bagaimana mereka sakit jiwa dan raga,
mencari tempat tinggal, makanan dan kesehatan. Kemudian kenikmatan
Loreto datang pada saya. ‘Kamu hanya perlu mengatakan dan semuanya akan
menjadi milikmu lagi,’ kata sang penggoda... Sebuah pilihan bebas,
Tuhanku, cintaku untukmu, aku ingin tetap bertahan dan melakukan segala
keinginan-Mu merupakan kehormatan bagiku. Aku tidak akan membiarkan satu
tetes air mata jatuh karenanya.”.
Teresa mendapatkan izin dari Vatikan
pada tanggal 7 Oktober 1950 untuk memulai sebuah kongregasi, yang
kemudian menjadi Konggregasi Misionaris Cinta Kasih yang mempunyai misi
untuk merawat orang – orang "yang lapar, telanjang, tunawisma,
orang cacat, orang buta, penderita kusta, semua orang yang merasa tidak
diinginkan, tidak dicintai, tidak diperhatikan seluruh masyarakat, orang
yang telah menjadi beban bagi masyarakat dan dihindari oleh semua
orang."
Kongregasi ini dimulai dengan 13 orang
anggota di Kalkuta, kini telah lebih dari 4.000 suster menjalankan panti
asuhan, rumah bagi penderita AIDS dan pusat amal di seluruh dunia, dan
merawat para pengungsi, pecandu alkohol, orang buta, cacat, tua, orang
miskin dan tunawisma, korban banjir, dan wabah kelaparan.
Pada tahun 1952, Ibu Teresa membuka
Home for the Dying pertama diatas lahan yang disediakan oleh pemerintah
kota Kalkuta. Dengan bantuan para pejabat India, ia mengubah sebuah kuil
Hindu yang ditinggalkan menjadi Kalighat Home for the Dying, sebuah
rumah sakit gratis untuk orang miskin. Mereka yang dibawa ke rumah
tersebut menerima perhatian medis dan diberikan kesempatan untuk
meninggal dalam kemuliaan, menurut ritual keyakinan mereka
masing-masing; Muslim membaca Al-Quran, Hindu menerima air dari sungai
Gangga, dan Katolik menerima Sakramen minyak suci. "Sebuah kematian
yang indah," katanya, "adalah untuk orang-orang yang hidupnya
diperlakukan seperti binatang, mati seperti malaikat - dicintai dan
diinginkan."
Ibu Teresa segera menyediakan tempat
tinggal untuk mereka yang menderita penyakit kusta, dan menyebut tempat
ini sebagai Shanti Nagar (Kota Kedamaian). Para Misionaris Cinta Kasih
juga mendirikan beberapa klinik kusta yang terjangkau di seluruh
Kalkuta, menyediakan obat-obatan, perban dan makanan. Ibu Teresa
merasa perlu untuk membuat rumah bagi anak-anak yang hilang. Pada tahun
1955, ia membuka Nirmala Shisu Bhavan, sebagai rumah perlindungan bagi para yatim piatu dan remaja tunawisma.
Pada tahun 1960-an, Konggregasi ini
telah membuka penampungan, panti asuhan dan rumah lepra di seluruh
India. Ibu Teresa kemudian memperluas pelayanan konggregasinya di
seluruh dunia. Rumah pertama di luar India dibuka di Venezuela pada
tahun 1965 dengan lima suster. Selanjutnya di Roma, Tanzania, dan
Austria pada tahun 1968, dan selama tahun 1970, konggregasi ini membuka
rumah dan yayasan di puluhan negara baik di Asia, Afrika, Eropa dan
Amerika Serikat. Pada tahun 2007, Anggota Konggregasi Misionaris Cinta
Kasih telah berjumlah kurang lebih 450 bruder dan 5.000 biarawati di
seluruh dunia, menjalankan 600 misi, sekolah dan tempat penampungan di
120 negara.
Melayani Dunia
Pada tahun 1982 saat puncak Pengepungan
Beirut, Ibu Teresa menyelamatkan 37 anak yang terjebak di garis depan
sebuah rumah sakit dengan menengahi sebuah gencatan senjata sementara
antara tentara Israel dan gerilyawan Palestina. Ditemani oleh para
pekerja Palang Merah, ia melakukan perjalanan melalui zona perang ke
rumah sakit yang hancur untuk mengevakuasi para pasien muda.
Ketika Eropa Timur mengalami peningkatan
keterbukaan di akhir 1980-an, ia memperluas pelayanannya untuk
negara-negara komunis yang sebelumnya menolak Misionaris Cinta Kasih. Ia
selalu tidak terpengaruh dengan kritik terhadap pendiriannya dalam
melawan aborsi dan perceraian serta mengatakan, "Tidak peduli orang-orang mengatakan apa, Anda harus menerimanya dengan tersenyum dan melakukan pekerjaan anda sendiri."
Ia mengunjungi Republik Sosialis Soviet Armenia setelah Gempa bumi
Spitak 1988 dan bertemu dengan Nikolai Ryzhkov, Ketua Dewan Menteri.
Ibu Teresa bepergian untuk membantu dan
melayani penderita kelaparan di Ethiopia, korban radiasi di Chernobyl,
dan korban gempa di Armenia. Pada tahun 1991, Ibu Teresa kembali untuk
pertama kalinya ke tanah airnya dan membuka Konggregasi Bruder
Misionaris Cinta Kasih di Tirana, Albania.
Pada tahun 1996, ia menjalankan 517 misi
di lebih dari 100 negara. Selama bertahun-tahun kemudian, Ibu Teresa
mengembangkan Misionaris Cinta Kasih untuk melayani yang "termiskin
dari yang miskin" di 450 pusat di seluruh dunia. Rumah Misionaris Cinta
Kasih pertama yang ada di Amerika Serikat didirikan di South Bronx, New
York. Pada tahun 1984, Konggregasi ini telah menjalankan 19 pusat
pelayanan di seluruh Amerika Serikat.
Akhir Pelayanan
Ibu Teresa menderita serangan jantung
ketika di Roma pada tahun 1983, saat mengunjungi Paus Yohanes Paulus II.
Setelah serangan kedua pada tahun 1989, ia terpaksa harus memakai alat
pacu jantung buatan. Pada tahun 1991, setelah berjuang melawan pneumonia
saat ia berada di Meksiko, ia menderita masalah jantung lebih lanjut.
Ibu Teresa menawarkan untuk mengundurkan diri dari posisinya sebagai
kepala Misionaris Cinta Kasih, tetapi para biarawati konggregasi dalam
sebuah pemungutan suara yang rahasia, memilihnya untuk tetap menjabat.
Ibu Teresa sepakat untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai kepala
konggregasi.
Sepanjang tahun-tahun terakhir hidupnya,
meskipun mengalami gangguan penyakit yang cukup parah, Ibu Teresa tetap
mengendalikan kongregasinya serta menanggapi kebutuhan orang-orang
miskin dan Gereja. Pada tahun 1997, para biarawatinya telah hampir
mencapai 4000 orang, tergabung dalam 610 cabang dan tersebar di 123
negara dari berbagai belahan dunia. Pada bulan Maret 1997, Ibu Teresa
memberikan restu kepada Sr. Nirmala MC, penerusnya sebagai Superior
Jenderal Misionaris Cinta Kasih. Setelah bertemu dengan Paus Yohanes Paulus II
untuk terakhir kalinya, ia kembali ke Calcutta dan melewatkan
minggu-minggu terakhir hidupnya dengan menerima kunjungan para tamu dan
memberikan nasehat-nasehat terakhir kepada para biarawatinya.
Pada tanggal 5 September 1997 jam 9:30
malam, hidup Ibu Teresa di dunia ini berakhir. Jenazahnya dipindahkan
dari Rumah Induk ke Gereja St. Thomas, gereja dekat Biara Loreto di mana
ia menjejakkan kaki pertama kalinya di India hampir 69 tahun yang lalu.
Ratusan ribu pelayat dari berbagai kalangan dan agama, dari India
maupun luar negeri, berdatangan untuk menyampaikan penghormatan terakhir
mereka.
Ibu Teresa mendapat kehormatan
dimakamkan secara kenegaraan oleh Pemerintah India pada tanggal 13
September. Jenazahnya diarak dalam kereta yang sama yang dulu digunakan
mengusung jenazah Mohandas K. Gandhi and Jawaharlal Nehru, melewati
jalan-jalan di Calcutta sebelum akhirnya dimakamkan di Rumah Induk
Misionaris Cinta kasih.
Ibu Teresa mewariskan teladan iman
Kristiani yang kokoh, harapan yang tak kunjung padam, dan cinta kasih
yang luar biasa. Jawabannya atas panggilan Yesus, “Mari, jadilah cahaya
bagi-Ku,” menjadikannya sebagai seorang Misionaris Cinta Kasih, seorang
“ibu bagi kaum miskin”, dan sebagai simbol cinta kasih kristiani di
dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar