Diberkati,
dipecah dan dibagi-bagikan
Terpujilah wahai Engkau Ibu Bapak Guru
Namamu akan selalu hidup, dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir, didalam hatiku
S'bagai prasasti terimakasihku 'ntuk pengabdianmu
Penggalan lagu himne guru
yang mungkin sebagian besar mendengarnya hanya pada saat hari guru atau tanggal
25 november. Sebuah lagu yang dipersembahkan untuk banyak guru di negara ini. Guru
adalah sebuah profesi yang mulia. Ya.. sebuah profesi yang agung yang luhur.
Bagi saya guru bukanlah sebuah profesi tetapi sebuah “Jalan Hidup”. Sebuah
panggilan dari Allah yang kemudian dijalani, dihidupi dan dinikmati dengan
semua dinamika yang mengikutinya. Seperti Hosti di dalam ekaristi, menjadi guru
mempersembahkan hidupnya untuk di berkati lalu dpecah-pecahkan dan
dibagi-bagikan kepada banyak manusia-manusia muda, kepada banyak generasi.
Sebagai sebuah “jalan
hidup” menjadi guru tidak lagi bicara tentang kerja untuk mendapatkan sebuah
imbalan yang tinggi. Sekalipun imbalan penting bagi keberlangsungan kehidupan.
Menjadi guru bicara soal bagaimana membangun karakter sebuah generasi,
membangun manusia-manusia muda dengan cara yang manusiawi. Membangun sebuah
generasi dengan cara manusiawi menjadikan
seorang guru harus memiliki banyak ilmu dan selalu baru. Maka sebuah
keharusan jika guru terus menerus belajar dan membaharui diri mengikuti zaman
dan perkembangan teknologi tetapi tidak melepaskan kaidah-kaidah yang ada.
Panggilan hidup ini adalah
sebuah tugas yang agung, yang harus dijalani dengan seluruh tenaga dan hati.
Membangun manusia dengan cara manusiawi harus melibatkan hati atau dengan
bahasa sedikit romantis harus melibatkan cinta. Karena melibatkan cinta maka
pendidik menjalani panggilannya dengan penuh totalitas. Segalanya diberikan,
segalanya dipersembahkan untuk banyak generasi agar menjadi baik.
Hidup seorang guru harus
mau dipecah-pecahkan dan kemudian dibagi-bagikan untuk banyak orang muda. Guru
tidak lagi berpikir tentang dirinya sendiri tetapi berpikir tentang mereka yang
masih haus pengetahuan masih miskin karakter unggul, berpikir bagaimana
membangun sebuah generasi yang hebat. Agar bisa terus menerus di pecah dan
dibagi-bagikan maka seorang guru juga harus terus menerus membangun dirinya
dengan segala daya dan upaya. Semakin banyak yang dibagi maka semakin banyak
pula orang-orang muda yang terpenuhi semua lapar ilmunya. Memecah-mecah diri
dan membagi-bagikan diri bukanlah tanpa kesulitan, ada banyak tantangan, mungkn
cibiran, hinaan ataupun penolakan. Tetapi semua tantangan dan halangan yang ada
menjadi sebuah dinamika yang sebenarnya mengasikkan yang seru asalkan kita
melihatnya dengan cinta.
Rela dipecah dan dibagikan
dengan penuh cinta. Inilah yang membuat penggilan menjadi guru menjadi sebuah
panggilan yang membahagiakan, sebuah jalan hidup yang mengasikkan dan membuat
hidup semakin berwarna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar