Menjadi Sumur Iman
Yang Siap Ditimba
Kardinal
Yulius Darmaatmaadja,SJ
KEBUTUHAN YANG MELEKAT PADA GEREJA
1.
Para katekis, guru agama, rekan-rekan
pastoral yang terkasih. Gereja awal di indonesia sudah membutuhkan para pewarta
awam bukan imam untuk menyebarkan iman ke pelosok-pelosok daerah. Di yogya,
katekis Rm. Strater setiap sore hari mengayuh sepeda dari yogya pergi ke
desa-desa pinggiran kota yogya seperti wates, klepu, godean dll.n atau di
daerah NTT para katekis menyebrangi laut menuju sumba dan dari maluku tenggara
sampai ke papua. Salah satu putra katekis itu adalah Mgr, john saklil, uskup
keuskupan Timika.
Kita sekarang merasa peran anda tak dapat
dipisahkahkan dari paroki-paroki, sekolah-sekolah, kevikepan dan keuskupan. Di
paroki-paroki banyak katekumen remaja, dewasa dan orang tua anda siapkan untuk
dibabtis, lewat sekolah minggu menggantikan orang tua yang tak dapat membimbing
anak-anaknya dan lewat sekolah-sekolah sebagai guru agama. Banyak dari anda
menjadi inspirasi bagi pelayan dewan paroki karena kekayaan anda sebagai
katekis atau guru agama. Gelora katekis, suka cita gereja. Terimakasih banyak
untuk itu.
MAKIN MATANG KARENA PEMBERIAN DIRI
2.
Bagi siapa yang mewartakan injil, dua
hal sekaligus terjadi. Disamping tumbuhnya iman dan pengetahuan iman dari
mereka yang mendapatkan pewartaan dari anda, anda sendiri mengalami makin
luasnya pemahaman iman, makin dalamnya penghayatan dan makin kokohnya anda
sebagai orang beriman. Maka paus fransiskus mengatakan: “kalau gereja memanggil
umat kristiani untuk ambil bagian dalam tugas pewartaan, dia hanya ingin
menunjukan sumber asli pemenuhan pribadi. Sebab, “disini kita menemukan suatu
norma realitas yang mendalam: bahwa kehidupan dicapai dan menjadi matang dalam
tolok ukur yang didapatkan dalam pemberian diri kepada sesama. Inilah
sesungguhnya dengan apa yang dimaksudkan sebagai misi.
Kedalaman penghayatan iman membuat anda
sangatr bersyukur bahwa boleh mendapat kesempatan menerima iman kepada tuhan
yesus juru slamat, karenanya kemuliaan surgawi menanti anda. Mengapa anda?
Mengapa kita yang hanya sebagian kecil sekali dari seluruh bangsa? Syukur ini
sekaligus mendasari semangar anda sebagai katekis untuk bersyukur boleh ikut
serta menjadi pewartaNYa. Sehingga bersama santo paulus anda dapat mengatakan:
“pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku”.
Suatu panggilan yang pantas disyukuri. Mewartakan yesus adalah bentuk kongkrit
anda mencintai tuhan yesus secara pribadi dan mengusahakan agar orang lain juga
demikian. Makin mencintai yesus, anda semakin terdorong untuk makin giat
menjadi pewartanya, terdorong menjadi sehati sebudi dan seperasaan dengan
beliau. Bahkan dengan demikian anda semakin menyatu dengan yesus yang
memprihatinkan keselamatan dan kesejahteraan semua orang. “melihat orang banyak
itu, tergeraklah hati yesus karena belas kasihan kepada mereka, karena mereka
lelah dan terlantar seperti domba yang tak bergembala”. Setelah mengeluh
demikian yesus lalu bertindak: ia menyembuhkan orang sakit, memberi makan orang
banyak, membangkitkan anak seorang janda dan mengusir setan. Begitu pula anda,
prihatin melihat masyarakat disekitas anda dengan keadaan hidup rohani/moralnya
yang begitu rentan, dengan hidup sosial ekonominya yang serba berkekurangan
anda ikut prihatin bersama yesus , yang diutus sebagai gembala yang baik agar
semua orang “mempuyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”. Maka
semakin bersyukur kepadanya, selayaknya kita semakin setia kepadanya, dan
semakin mengasihi dan berbakti kepada masyarakatdan bangsa, terlebih kepada
yang papa, miskin dan menderita.
BERLAKU UNTUK SELURUH GEREJA
3.
Sikap itu tidak hanya diharapkan untuk
anda miliki, tetapi harus dimiliki oleh seluruh gereja. Sebgai contoh gereja di
negeri belanda yang mulai mingirimkan 2 imam diosisnya tahun 1807 ke batavia
karena paus pius VII mulai mendirikan gereja di nusantaran. Itu membuat tarekat
imam, bruder dan suster di negeri belanda memiliki keprihatinan seperti yang
dimiliki yesus untuk daerah hindia belanda saat itu. Mereka mulai mengirimkan
anggotanya ke nusantara untuk menjadi pewarta inil. Ternyata tarekat mereka
menjadi berkembang subur. Dulunya dikirimkan dari kekurangannya. Makin banyak
dikirim ke negri belanda ke indonesia, disana makin banyak pula panggiilan
hidup bakti.
Anda bagaikan sumur iman yang ditimba oleh
mereka yang mendapatkan pengajaran dari anda, dan karenanya anda menjadi sumur
yang semakin jernih. Ungkapan bahasa jawa untuk seorang guru ngelmu adalah
“sumur lumaku tinimba.” Sumur menjadi hidup karena menghidupi yang
memanfaatkan. Atau ungkapan paus fransiskus lagi:”hidup bertumbuh denganmemberikan
diri, dan menjadi lemah kalau mau menyendiri dan mencari kenyamanan. Namun,
mereka yang menikmati hidup terlebih adalah menanggalkan rasa aman di tepian
laut dan menjadi bergairah dengan perutusan untuk mengkomunikasikan hidup
kepada sesama.” Berbahagialah anda, karena jerih payah anda tidak hanya
menguntungkan orang lain, melainkan juga berguna bagi diri anda sendiri
ARAH UTAMA PASTORAL
KITA
4. Yang kita tawarkan dan
wartakan, yang pokok adalah Pribadi Yesus Kristus, yang menebus dosa kita dan
menyelamatkan kita. Kita tahu bahwa materi iman kita memang luas, masih ada
banyak hal lain yang lain yang kita sampaikan. Itu juga perlu. Namun yang pokok
jangan sampai tertimbun dalam tumpukan pengetahuan yang kurang pokok. Atau
sebaliknya justru semua yang kurang pokok selalu dijelaskan dalam rangka
menyoroti yang pokok tadi. Umpama saat sedang menjelaskan mengenai dosa Adam
dan Hawa di Taman Eden, baik kalau Kej 3:15 sudah ditonjolkan mengacu kepada
Tuhan Yesus yang akan menang terhadap si jahat. Kej 3:15 : “Aku akan mengadakan
permusuhan anatara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya; keturunannya akan meremukan kepalamu, dan engkau akan meremukkan
tumitnya.” Dalam janji ini dua hal sekaligus dijanjikan, yaitu seorang perempuan
yang melahirkan keturunan yang akan menang terhadap kuasa Jahat. Sungguh
merupakan sikap dan tindakan Allah yang Rahim untuk menyelamatkan manusia lewat
seseorang perempuan dan keturunannya. Kelak menjadi jelas bahwa yag dijanjikan
itu adalah St. Perawan Maria, dengan Yesus, Allah Putra yang menjelma menjadi
manusia, dan yang lahir dari Perawan Maria.
5. Yang penting adalah setiap
kali mewartakan Yesus, kita mengajak diam sejenak untuk berdoa dalam batin
sendiri-sendiri, untuk berterima kasih bahwa dosa kita telah ditebus olehNya
dengan sengsara dan wafat di kayu salib. Relasi para pendengar warta kepada
Yesus, setiap kali ditingkatkan. Baik kalau sikap Yesus sekaligus diwartakan:
Seperti Anda, mereka makin menyatu dengan Yesus yang memprihatinkan keselamatan
semua orang. “Melihat orang banyak itu,
tergeraklah hati Yesus karena belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah
dan terlantar seperti domba yang tak bergembala” (Mt 9:36). Selan-jutnya
mereka juga perlu tahu bahwa Yesus utusan Bapa, sebagai Gembala baik
menyongsong dan mencari “domba-dombaNya” supaya tak satupun hilang [bdk. Yo
10-11 dan Yo 10:14-16]. Dengan demi-kian sebenarnya sasaran pastoral adalah
semua orang, menjangkau mereka yang ada di seluruh daerah paroki Anda bahkan
lebih luas dari pada itu, yaitu seluas pandangan mata Anda menatap cakrawala.
Berarti termasuk mereka yang sudah beriman lain dan karenanya wajar kalau tidak
mau mendengar tentang, bahkan menolak Yesus Kristus, sebagai Juru selamat.
Mereka ini harus diselamatkan juga. Tetapi bagaimana? Akan kita lihat pada
nomor 8.
KEPADA YANG TERBUKA
TERHADAP YESUS
6. Mereka yang mendengarkan
perwartaan Anda, perlu Anda proses agar mereka “menjadi murid Yesus”. Berarti
mereka tidak hanya mengerti tentang Yesus, tetapi bertekad menata hidup mereka
sesuai dengan ajaranNya, mencintai Dia dan menyerahkan hidup mereka pada
bimbingan Roh Kudus yang bersabda dalam hati.
Berarti sungguh-sungguh menjadi
murid dan pengikutNya, seperti para rasul dulu, menghayati hidup sesuai
semangat yang diajarkan oleh Dia [bdk pesan Yesus sebelum naik ke surga: Mt
28:19-20]. Maka soal membiasakan diri terus menerus hidup sesuai semangat dan
ajaranNya menjadi sangat penting. Anak katolik di sekolah berkat bimbingan
katekis harus sampai berani tidak mencontek dalam ujian, berani melawan
perselisihan antar kelompok dan tawuran; sebaliknya membiasakan diri untuk
jujur, adil dan membangun semangat persaudaraan, pengampunan dan kebersamaan.
Sangat penting proses ini:
belajar agama tidak hanya untuk mengerti, untuk dihafalkan, tetapi untuk
menghayati ajaran Yesus sampai menjadi muridNya. Demikian juga saat belajar
mengenai bahan lain untuk beriman, sungguh diproses menjadi orang beriman.
Bukan hanya menjadikan orang memiliki agama Katolik, tetapi menjadikan orang
beriman Katolik, yang berperilaku selayaknya orang katolik.
7. Selama dan setelah tahun
Yubileum Kerahiman ini kita semua diharapkan memproses diri untuk menjadi insan
katolik yang rahim. Saya simak dari Bulla pengantar tahun Yubileum Kerahiman,
ada beberapa langkah yang pantas kita perhatikan: yaitu memperharui sikap dan
perilaku lebih-lebih berdasarkan tolok-ukur berikut ini, dalam kehidupan
bersama secara praktis [bdk MV 14]. Ada 4 hal pokok yang perlu dilaksanakan:
“Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi dan janganlah
kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan
diampuni, Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang
dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu.
Sebab ukurn yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” [Luk
6:37-38]. Kalau keempat hal tersebut menjadi diri kita, kita menjadi insan yang
rahim.
Memang kebanyakan dari kita tanpa
sadar sudah bersikap sepertinya keutamaan kita adalah hasil usaha kita,
sehingga kita merasa lebih baik dari orang lain, karena merasa lebih tekun
dalam hidup beragama. Itulah yang menyebabkan kita mudah memandang rendah orang
lain, mudah menilai, mengadili atau menhakimi atau menghukum bahwa seseorang tidak
baik, berdosa, dll. Padahal semua adalah karunia Allah. Kecuali itu kit berdoa
karena kita membutuhkan Allah. Kita merayakan Ekaristi dan menerima Tubuh dan
DarahNya sebagai santapan rohani kita, karena kita butuh kekuatan dari Allah.
Kita tergantung pada kuasa rahmatNya sehingga kita hanya mengandalkan Tuhan.
Sr. Faustina, santa kerahiman mengajarkan kita agar selalu mengandalkan Yesus.
“Yesus adalah andalanku”. Dengan sikap demikian tadi kita tidak mudah
mengadili. Karena dirinya merasa berdosa yang mendapat kerahimanNya, serta
membutuhkan pengampunan dari Tuhan. Maka kita juga siap mengampuni.
BAGAIMANA DENGAN YANG TAK MAMPU MENERIMA YESUS?
8. Tuhan yesus bermasuk menyelamatkan semua
orang. Maka mereka yang terbuka hatinya untuk menerima Dia, harus mendapatkan
pelayanan pewartaan tentang Dia. Yang lain yang tidak terbuka untuk itu, mesti
mereka sebenarnya juga berhak untuk itu, mereka tidak perlu dipaksa untuk
menerima pewartaan itu, karena untuk beriman dibutuhkan kebebasan hati nurani.
Maka Paus Paulus VI menegaskan: “Kami mau menunjukkan, lebih-lebih pada jaman
sekarang ini, bahwa baik pengorbanan maupun penghargaan terhadap agama-agama
tadi, demikian pula kompleksnya masalah-masalah yang muncul sebagai suatu
ajakan bagi Gereja untuk tidak mewartakan Yesus Kristus kepada orang-orang
bukan Kristen. Sebaliknya gereja berpendapat bahwa orang-orang tadi berhak
mengetahui kekayaan misteri Kristus.” (EN 53). Bagi mereka itu, tetap kita
usahakan agar mereka dibimbing oleh Roh Kudus sampai ke keselamatan dalam
Kristus. Bisa lewat doa, kesaksian hidup, dialog dalam nilai budaya dan
agama. Paus Yohanes Paulus II mengajarkan: “Roh memberikan kepada umat
terang dan kekuatan untuk menanggapi panggilannya yang luhur; melalui Roh umat
manusia bisa memandang dan menikmati misteri rencana ilahi dengan iman;
sesungguhnya kita harus percaya bahwa Roh Kudus memberikan kemungkinan kepada
setiap orang untuk ikut ambil bagian dalam Misteri Paskah, atas suatu cara yang
dietahui Allah”. (RM 28)
9. Lewat doa, karena kita sadar bahwa
kekuatan Gereja sebagai sakramen penyelamatan sangat besar, karena dalam doa
kita disatukan dalam Tuhan Yesus dan Roh Kudus yang punya gawe menyelamatkan
semua orang, dan kita diikutsertakan. Persembahan hidup kita melalui Perayaan
Ekaristi untuk keselamatan mereka sangatlah berharga.
Kecuali lewat doa, lewat kesaksian hidup
dan karya. Karena hidup dan karya yang dihayati secara adikodrati dalam
kesatuan dengan Yesus dan RohNya, mempunyai kekuatan missioner tinggi.
Katekimus Gereja Katolik (tahun 1992 no.2044) menyebut kesaksian lewat hidup
dan perilaku sebagai dasar dan awal pewartaan Injil dan perutusan Gereja.
“Kesaksian hidup dan perbuatan baik mereka yang dilakukan dengan semangat
adikodrati, sangat kuat menarik orang kepada iman dan Allah.” (Ibid). Dengan
hidup sesuai nilai injili dalam keluarga sendiri, dalam pekerjaan yang
dilakukan dengan dedikasi, jujur, bersih tidak korupsi, dan dengan melaksanakan
bisnis dan menjad pelaku ekonomi yang memperhatikan kebaikan konsumen, menjadi
pejabat atau anggota keamanan demi kesejahteraan rakyat banyak, mereka ini
mengemban pesan injil, bahwa hidupnya menjadi garam dunia dan meresapkan
nilai-nilai injil di tengah kehidupan masyarakat. Mereka ini merasul dalam
memperbaiki tatanan sosial yang ada.
Yang terakhir ialah lewat dialog dalam
nilai budaya dan agama, tetapi tentu dengan fokus dalam rangka mempengaruhi
cara hidup mereka dibimbing oleh hati nurani yang baik, menjunjung tinggi
kebenaran, kejujuran, keadilan, persaudaraan sejati dan semangat kasih tanpa
pamrih. Orang yang lahir di tengah masyarakat yang melaksanakan nilai-nilai
tersebut, dia sangat mudah dipengaruhi oleh Roh Kudus yang ingin diam dalam
hati orang yang baik, dan menuntun ke hidup yang makin sempurna. Ajaran Konsili
Vatikan II menegaskan: “Sebab karena Kristus telah wafat bagi semua orang, dan
panggilan terakhir manusia benar-benar hanya satu, yakni bersifat ilahi, kita
harus berpegang teguh bahwa Roh Kudus membuka kemungkinan bagi semua orang
untuk dengan cara yang diketahui oleh Allah, digabungkan dengan misteri Paskah
itu” (GS 22).
PENUTUP
10. Keprihatinan bagi keselamatan mereka yang
sudah beragama dan keyakinan yang kuat, sehingga tak akan mampu menerima Tuhan
Yesus sebagai Juru Selamat yang kita wujudkan lewat doa, kesaksian hidup serta
dialog dengan nilai-nilai budaya dan agama, tidak hanya perlu Anda miliki dan
Anda amalkan, tetapi perlu disampaikan juga kepada calon babtis atau anak-anak
disekolah, supaya mereka juga tahu bagaimana harus bersikap sebagai orang
beriman katolik kepada mereka yang berkeyakinan dan beragama lain.
Sebagai penutup pantas kita mengerti tulisan
Paus Fransiskus berikut ini: “Dalam segala aktivitas pewartaan, yang terutama
selalu ada pada Allah, yang memanggil kita untuk bekerjasama dengan-Nya dan
yang menuntun kita dengan daya Roh Kudus, . . . .. Kehidupan Gereja dapat
menyingkapkan secara jelas bahwa Allah yang mengambil inisiatif, bahwa “Allah
lebih dahulu mengasihi kita” (1 Yohanes 4:19) dan bahwa Dia sendiri yang
“member pertumbuhan” (1 Korintus 3:7).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar