Media komunikasi dewasa ini mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Sebagai dampaknya, informasi yang masuk ke dalam kehidupan
sehari-hari tidak terbendung. Persoalannya, informasi itu ada yang bersifat
membangun, tetapi ada juga yang bersifat merugikan. Pada umumnya remaja
bersifat polos dalam mengadopsi kehadiran media. Mereka menelan begitu saja apa
yang disediakan dan tidak mencernanya. Sehubungan dengan itu remaja perlu
mendapatkan bimbingan supaya mereka dapat bersikap kritis dalam memilih media dan
mampu mengolahnya menjadi nutrisi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Kita dituntut untuk bersikap kritis atas segala tawaran yang
ada dan informasi yang kita peroleh. Bersikap kritis tidak berarti menolak
mentahmentah tentang media, melainkan kita mencoba menyaringnya dan mampu
mempertanggungjawabkan apa yang kita pilih dan kita percaya. Sikap kritis
mengandaikan kedewasaan berpikir, mampu mempertimbangkan baik-buruk sesuatu
hal, selektif dan mampu membuat skala prioritas dalam menentukan pilihan-pilihan
hidup. Dengan demikian, kita akan dapat menempatkan media massa pada tempat
yang semestinya bagi perkembangan diri kita.
Gereja melalui Inter Mirifica art 9 menegaskan
kewajiban-kewajiban khusus mengikat semua penerima, yakni para pembaca, pemirsa
dan pendengar, yang atas pilihan pribadi dan bebas menampung
informasi-informasi yang disiarkan oleh media itu. Sebab cara memilih yang
tepat meminta supaya mereka mendukung sepenuhnya segala sesuatu yang
menampilkan nilai keutamaan dan pengetahuan. Sebaliknya hendaklah mereka
menghindari apa saja, yang bagi diri mereka sendiri menyebabkan atau
memungkinkan timbulnya kerugian rohani, atau yang dapat membahayakan sesama
karena contoh yang buruk, kebanyakan terjadi dengan membayar iuran kepada para
penyelenggara, yang memanfaatkan media itu karena alasan-alasan ekonomi
semata-mata.
Maka supaya para penerima itu mematuhi hukum moral, hendaknya
mereka jangan melalaikan kewajiban, untuk selalu mencari informasi tentang
penilaianpenilaian mengenai semuanya itu yang diberikan oleh instansi-instansi
yang berwenang, dan untuk mengikutinya sebagai pedoman menurut suara hati yang
cermat. Untuk lebih mudah melawan dampak-dampak yang merugikan, dan mengikuti
sepenuhnya pengaruh-pengaruh yang baik, hendaknya mereka berusaha mengarahkan
dan membina suara hati mereka.
Selanjutnya dalam artikel 10 ditegaskan pula
bahwa, hendaknya kalangan kaum muda berusaha, supaya dalam memakai upaya-upaya
komunikasi sosial mereka belajar mengendalikan diri dan menjaga ketertiban.
Kecuali itu hendaklah mereka berusaha memahami secara lebih mendalam apa yang
mereka lihat, dengar, dan baca. Hendaklah itu mereka bicarakan dengan para
pendidik dan para ahli, dan dengan demikian mereka belajar memberi penilaian
yang saksama. Sedangkan para orang tua hendaknya menyadari bahwa kewajiban
mereka adalah menjaga dengan sungguh sungguh supaya tayangan-tayangan,
terbitan-terbitan tercetak, dan lain sebagainya, yang bertentangan dengan iman
serta tata susila, jangan sampai memasuki ambang pintu rumah tangga, dan jangan
sampai anakanak menjumpainya di luar lingkup keluarga.
Dokumen ini secara khusus menerima kekuatan pengaruh media
bagi masyarakat manusia secara penuh.
Pandangan Gereja Tentang Media Komunikasi Sosial
Inter Mirifica (Dekrit tentang komunikasi Sosial)
Artikel 9 (Kewajiban-kewajiban para pemakai media komunikasi
sosial)
Kewajiban-kewajiban khusus mengikat semua penerima, yakni
para pembaca, pemirsa dan pendengar, yang atas pilihan pribadi dan bebas
menampung informasi-informasi yang disiarkan oleh media itu. Sebab cara memilih
yang tepat meminta, supaya mereka mendukung sepenuhnya segala sesuatu yang
menampilkan nilai keutamaan, ilmu-pengetahuan dan teknologi. Sebaliknya
hendaklah mereka menghindari apa saja, yang bagi diri mereka sendiri menyebabkan
atau memungkinkan timbulnya kerugian rohani, atau yang dapat membahayakan
sesama karena contoh yang buruk, atau menghalang-halangi tersebarnya informasi
yang baik dan mendukung tersiarnya informasi yang buruk. Hal itu kebanyakan
terjadi dengan membayar iuran kepada para penyelenggara, yang memanfaatkan
media itu karena alasan-alasan ekonomi semata-mata.
Maka supaya para penerima itu mematuhi hukum moral, hendaknya
mereka jangan melalaikan kewajiban, untuk pada waktunya mencari informasi
tentang penilaian-penilaian yang mengenai semuanya itu diberikan oleh
instansi-instansi yang berwenang, dan untuk mengikutinya sebagai pedoman
menurut suara hati yang cermat. Untuk lebih mudah melawan dampakdampak yang
merugikan, dan mengikuti sepenuhnya pengaruh-pengaruh yang baik, hendaknya
mereka berusaha mengarahkan dan membina suara hati mereka dengan upaya-upaya
yang cocok.
Artikel 10. (Kewajiban-kewajiban kaum muda dan para orang
tua)
Hendaknya para penerima, terutama dikalangan kaum muda
berusaha, supaya dalam memakai upaya-upaya komunikasi sosial mereka belajar
mengendalikan diri dan menjaga ketertiban. Kecuali itu hendaklah mereka
berusaha memahami secara lebih mendalam apa yang mereka lihat, dengar dan baca.
Hendaklah itu mereka percakapkan dengan para pendidik dan para ahli, dan dengan
demikian mereka belajar memberi penilaian yang saksama. Sedangkan para
orang-tua hendaknya menyadari sebagai kewajiban mereka: menjaga dengan sungguh
sungguh, supaya tayangan-tayangan, terbitanterbitan tercetak dan lain sebagainya,
yang bertentangan dengan iman serta tata susila, jangan sampai memasuki ambang
pintu rumah tangga, dan jangan sampai anak-anak menjumpainya di luar lingkup
keluarga.
Dasar biblis Mrk
2: 23-28
Pada suatu kali, pada hari sabat , Yesus berjalan di
ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir
gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: “Lihat! Mengapa
mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?”. Jawab-Nya
kepada mereka : “Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia
dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke
dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar, lalu makan roti
sajian itu– yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam– dan memberinya
juga kepada pengikut-pengikutnya?” Lalu kata Yesus kepada mereka :”Hari Sabat
diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia
adalah juga Tuhan atas hari Sabat
Media pada zaman Yesus
1.
Pada masa Yesus
sudah ada media dalam bentuk buku/kitab, misalnya kitab Taurat Musa
2.
Kitab Taurat ini
mengatur tentang kewajiban-kewajiban dan peraturan mengenai hari Sabat
3.
Namun kitab ini
kemudian dimanipulasi oleh para agamawan sehingga menjadi beban bagi masyarakat
Bagaimana Sikap YESUS?
Bagi Yesus, hari Sabat ada untuk manusia dan bukan
manusia untuk hari Sabat. Artinya aturan memang perlu, tapi keselamatan manusia
lebih penting
Sikap Yesus ketika berhadapan dengan media massa:
1.
Kritis
Kritis berarti: membedakan mana yang benar dan
salah atau berguna dan tidak berguna. Selain itu, di tengah banjirnya
informasi, perlu ada formasi/bentuk yang tepat dalam kaitan dengan sikap yang
tepat untuk menentukan mana yang positif dan negatif.
2.
Bertanggungjawab
Bertanggungjawab berarti: ada dasar dan
pertimbangan yang sesuai nilai moral/universal sekaligus dapat
dipertanggungjawabkan baik secara pemikiran maupun sikap konkret
Beberapa Gagasan Pokok
Media berasal dari bahasa Latin merupakan bentuk jamak dari medium
secara harafiah berarti perantara atau pengantar dalam hal ini untuk
menyalurkan pesan atau informasi.
Kita sekarang sedang mengalami revolusi informasi. Karena
berbagai kemajuan teknologi media, kita dibanjiri oleh arus informasi yang
melimpah ruah dan tidak henti, hampir tanpa saringan. Informasiinformasi itu
dapat berupa informasi yang baik dan membangun, tetapi juga dapat berupa
informasi yang buruk dan merusak.
Kita harus memiliki sikap kritis terhadap semua informasi
yang kita terima. Sikap kritis berarti dapat memilah-milah mana yang benar dan
mana yang salah; mana yang baik dan mana yang buruk; mana yang positif dan mana
yang negatif. Jadi, kita harus bersikap kritis terhadap pengaruh positif dan
negatif dari media yang menyuguhkan berbagai informasi.
Pengaruh positif dari media dapat terjadi karena:
Teknologi media mendekatkan manusia satu sama lain. Ia dapat
mendekatkan pikiran dan relasi kita. Pikiran dan relasi kita menjadi lebih
terbuka kepada orang lain, kepada bangsa lain, budaya lain, dan sebagainya.
Teknologi media dapat membuat kita terlibat pada peristiwa di
belahan bumi yang lain. Kita terlibat pada gempa bumi di Aljazair, pada SARS di
Cina, pada Piala Dunia, dan sebagainya.
Teknologi media menyajikan mutu dan pola pemberitaan yang
semakin menarik. Pemberitaan lewat satelit dan jaringan internet yang makin
semarak.
Teknologi media dapat menyajikan gambar dan suara yang lebih
canggih, seperti musik stereo, gambar tiga dimensi, dan sebagainya.
Pengaruh dari pemilik atau sponsor media
1. Manusia, entah pemilik media, entah
sponsor, entah lembaga negara, entah masyarakat dan Gereja, dapat menggunakan
media untuk menciptakan perhatian dan keprihatinan umum tentang suatu masalah
di belahan bumi, seperti AIDS, narkotika, pembunuhan massal oleh suatu pemerintahan
otoriter, dan sebagainya. Ia membantu menciptakan keprihatinan.
2. Media dapat digunakan untuk memberi
informasi membentuk, opini umum yang baik dan juga untuk mendidik. Media dapat
digunakan untuk membela keadilan dan kebenaran, dan sebagainya. 3) Media dapat
digunakan untuk hiburan. Misalnya, hiburan musik, tari, sinetron, dan
sebagainya.
Pengaruh yang tidak disadari, yakni:
1. Sadar tidak sadar, media sudah
membentuk budaya baru. Kaum muda adalah massa yang terlibat penuh dalam budaya
baru ini.
2. Sadar tidak sadar, media telah
mengubah cara pikir kita tentang hidup, tentang kebudayaan, dan sebagainya.
Jendela dunia terbuka lebar bagi kita.
Pengaruh Negatif dari Media
Pengaruh negatif yang disebabkan dari teknologi media
sendiri, antara lain:
1. Media telah membangun kerajaan dan
kekuasaan yang sangat kuat. Siapa yang memiliki media dia yang kuat dan
berkuasa. Media Dunia Utara menguasai Dunia Selatan. Kota menguasai desa. Pihak
yang kuat dan kaya menguasai yang lemah dan miskin.
2. Media menciptakan budaya baru yang
gemerlap, budaya asli dan lokal perlahan-lahan tersingkir.
Pengaruh negatif yang disebabkan oleh pemilik dan sponsor
media, yakni:
1. Media adalah bisnis. Supaya bisnis
dapat laku, maka digalakkan semangat materialisme, konsumerisme dan hedonisme.
2. Lewat media dapat dibangun persepsi
yang salah tentang kesejahteraan. Kesejahteraan berarti memiliki materi
sebanyakbanyaknya. Manusia tidak lagi dinilai dari karakter dan dedikasi,
tetapi dari apa yang dia miliki (rumah, mobil, uang, dan sebagainya.) seperti
yang dipromosikan pada iklan-iklan di media.
3. Lewat media dapat diciptakan
stereotip tentang tokoh kecantikan, mode, dan sebagainya. yang akan ditiru oleh
khalayak ramai, misalnya mode rambut, mode pakaian, dan sebagainya. yang begitu
cepat ditiru.
4. Lewat media dapat diciptakan sensasi
tantangan seks, kekerasan, dan horor yang mungkin sangat disenangi oleh
penonton.
5. Pemilik, penguasa, dan sponsor media
dapat melakukan berbagai rekayasa dan trik demi kepentingan bisnis dan
politiknya.
Pengaruh negatif yang tidak disengaja
1. Jadwal hidup dan kerja kita menjadi
tidak teratur. Banyak waktu tersedot untuk menonton atau mendengar siaran
media. Komunikasi antarpribadi dalam keluarga berkurang.
2. Kecanduan dan keterlibatan pada
kekerasan dan seks bebas sering ada hubungannya dengan siaran TV atau chatting
di internet atau HP (SMS).
3. Arus urbanisasi sering disebabkan
oleh tayangan yang glamour tentang kehidupan kota
Oleh karena itu, kita harus tetap kritis terhadap media dan
pandai-pandai menggunakan media untuk kepentingan kita dan masyarakat/umat
KRITIS TERHADAP IDEOLOGI DAN GAYA HIDUP
Dalam hidup modern dewasa ini, kita tidak dapat lepas dari
berbagai pengaruh lingkungan, baik itu paham atau ideologi maupun aliran hidup
yang ada dan berkembang saat ini. Terlebih seperti yang dialami oleh banyak
kaum muda sekarang ini, tren apapun bentuknya mulai dari mode, musik, film,
sampai pada berbagai gaya hidup lainnya, hingga perangkat teknologi, tak bisa
dilepaskan pengaruhnya bagi kita. Tingkatan pengaruhnya sangat tergantung pada
kedewasaan kita dalam menjalani dan menentukan pilihan. Pada pelajaran ini,
kita akan mengamati berbagai pengaruh dari suatu ideologi, aliran/paham, dan
tren-tren yang berkembang saat ini. Harapannya adalah bahwa kita harus bersikap
kritis terhadap:
a. Tren-tren yang sedang berkembang
pesat pada saat ini, antara lain: materialisme, konsumerisme, individualisme,
pluralisme, fundamentalisme, dan sebagainya. Tren-tren itupun dapat
mempengaruhi kaum muda dalam usaha pencarian identitasnya.
b. ideologi, paham-paham, dan aliran
yang beranekaragam. Sebab, ideologi, paham-paham, dan aliran itu dapat
melahirkan partai-partai politik atau sekte-sekte agama. Kaum muda sering
dijadikan sasaran dari penyebaran dan perluasan ideologi atau paham-paham dan
aliran.
Sewaktu hidupNya, Yesus bertemu dengan berbagai orang yang
menganut macam-macam ideologi, paham dan aliran, misalnya kaum Farisi, kaum
Saduki, kaum Esseni, dan kaum Zelot. Dalam menghadapi berbagai ideologi, paham,
dan aliran tersebut, Yesus sudah memiliki sikap kritis. Yesus tetap pada
pilihan-Nya (opsi-Nya), yaitu Kerajaan Allah. Yesus juga pernah dihadapkan
kepada berbagai tawaran yang menggiurkan, seperti jaminan sosial ekonomi,
kekuasaan, dan kesenangan, tetapi Yesus tetap menolaknya (Lihat Matius 4:
1-11). Pilihan (opsi) Yesus tetap pada mewartakan dan memberi kesaksian
tentang Kerajaan Allah.
Pada zaman yang penuh tawaran ideologi, paham-paham, dan
macam-macam godaan untuk berbagai jaminan sosial ekonomi dan politik serta
kesenangan, kaum muda hendaknya membekali diri dengan sikap kritis, sehingga
dapat menentukan pilihan dengan benar.
Tentang Gaya Hidup:
Dalam hidup modern dewasa ini, kita tidak dapat lepas dari
berbagai pengaruh lingkungan, baik itu paham atau ideologi maupun aliran hidup
yang ada dan berkembang saat ini.
Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan atau di
perlihatkan dalam aktivitas, minat, dan pendapatnya yang berkaitan dengan citra
dan status sosialnya.
Menurut KBBI, gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari
segolongan manusia di dalam masyarakat. Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang
mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan umum,
dan upaya membedakan statusnya dari orang lain melalui lambang-lambang sosial.
Gaya hidup atau life style dapat diartikan juga sebagai segala sesuatu yang
memiliki karakteristik, kekhususan, dan tata cara dalam kehidupan suatu
masyarakat tertentu.
Gaya hidup bisa ditentukan oleh apa saja, mulai dari agama,
profesi, zaman, teknologi, hobi, umur, jenis kelamin, idola, dan sebagainya.
Semua itu terbentuk karena adanya kesamaan sejumlah manusia dalam menjalani
hidupnya pada suatu jalan tertentu.
Bagi kaum muda sekarang ini, tren apapun bentuknya mulai dari
mode, musik, film, sampai pada berbagai gaya hidup lainnya, hingga perangkat
teknologi, tak bisa dilepaskan pengaruhnya bagi kita.Tingkatan pengaruhnya
sangat tergantung pada kedewasaan kita dalam menjalani dan menentukan pilihan.
Kita harus bersikap kritis terhadap tren-tren yang sedang
berkembang pesat pada saat ini. Tren-tren yang sangat pesat berkembang antara
lain: materialisme, konsumerisme, individualisme, pluralisme, fundamentalisme,
dan sebagainya. Tren-tren pun dapat mempengaruhi kaum muda dalam usaha
pencarian identitasnya.
Tentang Ideologi
1. Kita harus bersikap kritis terhadap
ideologi, paham-paham, dan aliran yang beraneka ragam. Sebab, ideologi,
paham-paham, dan aliran itu dapat melahirkan partai-partai politik atau
sekte-sekte agama. Kaum muda sering dijadikan sasaran dari penyebaran slogan
perluasan ideologi atau paham-paham dan aliran.
2. Ideologi dapat diartikan juga sebagai
cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Contoh: banyak remaja di kota besar
yang tidak lagi menganggap “kesucian” badan (keperawanan dan keperjakaan),
sebagai sesuatu yang penting dipertahankan sampai jenjang perkawinan. Atau,
memandang ibadat bersama sebagai buang-buang waktu, dan sebagainya.
Nasionalisme
Nasionalisme dapat disebut semacam etno-sentrisme atau
pandangan yang berpusat pada bangsa sendiri. Gejala seperti semangat
nasionalisme, patriotisme, dsb. terdapat pada semua bangsa untuk menciptakan
rasa setia kawan dari suatu kelompok yang senasib.
Nasionalisme negatif atau nasionalisme sempit ialah
nasionalisme yang mengagung-agungkan bangsa sendiri dan meremehkan/menghina
bangsa lain. (Right or wrong my country).
Nasionalisme positif adalah nasionalisme yang mempertahankan
kemerdekaan dan kedaulatan bangsa, sekaligus menghormati kemerdekaan dan
kedaulatan bangsa lain!
Marxisme
Sejarah bangsa kita pernah berkenalan dengan marxisme.
Marxisme ialah suatu kumpulan ajaran yang menjadi dasar sosialisme dan
komunisme. Tujuan utama dari marxisme ialah menghapuskan kapitalisme yang
dianggap menyengsarakan dan menjajah kaum proletar, yaitu kaum buruh/rakyat
kecil.
Marxisme hanya percaya pada materi, tidak percaya pada dunia
adikodrati, termasuk tidak percaya kepada Tuhan. Manusia merupakan satu unsur
materi, suatu unsur yang sangat terbatas dalam proses perubahan keseluruhan
umat manusia dan semesta alam. Maka, manusia dapat digunakan untuk tujuan
marxisme itu. Jika manusia itu menjadi penghalang, maka ia dapat dilenyapkan.
Yang kiranya positif dari ideologi marxisme ini ialah
perjuangan dan opsinya kepada kaum buruh/proletar. Hanya sayangnya, ideologi
marxisme ini menghalalkan segala cara.
Komunisme
Komunisme adalah anak dari marxisme. Komunisme mencitacitakan
suatu sistem masyarakat di mana sarana-sarana produksi dilakukan berdasarkan
asas bahwa setiap anggota masyarakat dapat memperoleh hasil sesuai dengan
kebutuhan. Cita-cita komunisme ini praktis diperjuangkan dan dimonopoli oleh
partai komunis.
Teokrasi
Teokrasi merupakan sebuah paham yang menghendaki agama
menguasai masyarakat politis. Dalam hal ini, pemerintahan dianggap melakukan
kehendak ilahi seperti diwahyukan menurut kepercayaan agama tertentu. Negara
adalah negara agama. Segala bentuk teokrasi bersifat statis-konservatif, karena
hukum agama dipandang tetap.
Neo-Liberalisme
Liberalisme adalah suatu paham dan gerakan yang
memperjuangkan kebebasan dari penindasan apapun.
Namun, kebebasan itu dapat memberi peluang bagi yang kuat
untuk menekan yang lemah dan yang kaya memeras yang miskin. Oleh sebab itu,
liberalisme di Indonesia sering berkonotasi negatif.
Neo-Liberalisme ialah paham yang berkembang dewasa ini dalam
hubungannya dengan globalisasi dan pasar bebas, yang akan dikuasai oleh mereka
yang kuat secara ekonomis dan politis. Neo-Liberalisme mempunyai konotasi
negatif untuk negara-negara yang sedang berkembang.
Liberalisme memang memiliki segi positif dan negatif.
Positif karena liberalisme memperjuangkan kebebasan dan hak
asasi manusia.
Negatif karena liberalisme, terutama neo-liberalisme dapat
menguasai pasar karena terjadi persaingan yang tidak seimbang. Neo-Liberalisme
melahirkan sikap-sikap asosial.
Perlu dicatat bahwa kebanyakan ideologi cenderung untuk
bersikap fanatik!
Tren Yang Berkembang:
Pada saat ini muncul banyak tren dan isu yang semakin lama
semakin kuat, yang perlu kita sikapi dengan kritis. Tren-tren dan isu-isu yang
aktual dan relevan untuk ditanggapi secara kritis adalah sebagai berikut.
Budaya Materialistik dan Hedonistik
Budaya materialistik dan hedonistik adalah hidup berlimpah
materi dan berkesenangan. Manusia diukur dari apa yang dia miliki (rumah,
mobil, dan sebagainya), bukan karakter. Pengorbanan, menanggung penderitaan,
askese dan tapa, kesederhanaan dan kerelaan untuk melepaskan nikmat demi
cita-cita luhur tidak mempunyai tempat dalam budaya materialistik dan
hedonistik. Budaya materialistik dan hedonistik itu antara lain melahirkan
sikap konsumerisme.
Konsumerisme adalah sikap orang yang terdorong untuk terus-menerus
menambahkan tingkat konsumsi, bukan karena konsumsi itu dibutuhkan, melainkan
lebih demi status yang dianggap akan diperoleh melalui konsumsi tinggi itu.
Individualisme
Individualisme umumnya muncul akibat dari perkembangan
sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang sedang berlangsung. Sikap
individualistik ini umumnya muncul pada masyarakat yang hidup di kota, terutama
pada masyarakat kelas menengah ke atas. Sikap individualistik ini umumnya
jarang terjadi pada kaum petani, nelayan, tukang, dan pedagang tradisional yang
pekerjaannya tidak terpisahkan dari kehidupan keluarga.
Gaya hidup modern memisahkan dengan tajam antara dua bidang
itu. Hidup dalam keluarga dan pekerjaan semakin tidak ada sangkut-pautnya satu
sama yang lain. Pagi hari ayah secara fisik dan emosional meninggalkan rumah
dan keluarganya, selama delapan sampai sebelas jam, menyibukkan diri dengan
pekerjaannya di kantor. Apabila pulang malam hari jika tidak membawa pekerjaan
kantor, barulah tersedia waktunya bagi keluarganya. Dengan demikian, budaya
kampung, ketetanggaan dan kekeluargaan dalam arti luas berubah. Orang menjadi
individualistik dan privatistik.
Pluralisme
Pluralisme berarti bahwa orang dari berbagai suku, daerah,
agama, keyakinan religius, dan politik bercampur-baur di kampung-kampung, di
tempat kerja, kendaraan umum, di rumah sakit, dan di mana pun juga; tidak ada
masyarakat yang tertutup dan tradisional murni.
Dengan kata lain, kontrol sosial terhadap pelaksanaan
keagamaan dan hidup bermasyarakat rakyat makin berkurang.
Lingkungan sosial semakin tidak menentukan lagi dalam hal
agama, keyakinan, politik, atau kepercayaan. Orang menentukan sendiri
keterlibatan dalam bidang-bidang tersebut. Dalam arti ini, agama menjadi urusan
pribadi seseorang, bukan urusan masyarakat atau pemerintah. Orang tidak harus
mengetahui dan tidak mempedulikan kepercayaan tetangganya.
Fundamentalisme
Gerakan fundamentalisme sekarang banyak muncul, baik di
negara-negara berkembang maupun di negara-negara maju. Gerakan fundamentalisme
ini umumnya muncul karena adanya suatu tekanan atau ketidakpuasan terhadap
kelompok tertentu atau negara tertentu. Gerakan-gerakan fundamentalisme ini
umumnya berkedok agama atau kepentingan politik tertentu, seperti yang kita
alami di negeri kita saat ini. Selain fundamentalisme agama dan politik, ada
juga fundamentalisme yang bersifat non-agama, misalnya sukuisme, nasionalisme,
dan sebagainya.
Isu Gender
Pembebasan kaum perempuan akan menjadi pembebasan umat
manusia seluruhnya menuju masyarakat baru, dengan paradigma sosial baru. Dalam
proses itu kita pun harus menuju pola hubungan yang sederajat sebagai mitra,
dengan sikap solider-partisipatif, polisentrik dan karena itu membentuk
jaringan dengan banyak simpul yang saling berhubungan.
Gerakan kaum perempuan akan menjadi gerakan pembebasan yang
kuat dan terasa dampaknya dalam abad ke-21 ini. Gerakan ini akan merombak
paradigma sosial lama menuju masyarakat baru yang lebih egalitarian.
Isu Demokrasi, Otonomi, dan Hak Asasi
Alam demokratis semakin dibutuhkan pada masa sekarang, bukan
saja sebagai sikap politik, tetapi sebagai sikap budaya. Secara global,
demokrasi menjadi penting bukan saja karena sosialisme telah runtuh, melainkan
karena liberalisme politik seakan-akan menjadi satu-satunya paham yang sekarang
berlaku. Sikap demokratis dibutuhkan terutama karena munculnya kekuatankekuatan
baru yang dibawa oleh globalisasi yang telah menimbulkan berbagai perubahan
yang akan menjadi produktif jika ditanggapi secara demokratis. Isu demokrasi,
otonomi, dan hak asasi akan semakin kuat dalam millennium ini.
Isu Lingkungan Hidup
Pada tahun-tahun terakhir ini, isu lingkungan hidup menjadi
sangat sentral di planet ini. Lingkungan hidup sangat erat hubungannya dengan
mutu dan kelangsungan hidup manusia. Sikap acuh tak acuh terhadap lingkungan
hidup dianggap sebagai perbuatan yang konyol dan bunuh diri.
Budaya modern yang individualistik, rasionalistik, dan
eksploitatif mulai sedikit digeser oleh budaya pasca modern yang lebih sosial
dan akrab dengan alam/lingkungan hidup.
Mendalami Ajaran Kitab Suci tentang Perlunya Bersikap Kritis
Terhadap Gaya Hidup, Trend dan Ideologi yang Berkembang
Luk 4: 1-13, Mat 13: 1-36
Yesus Kritis Terhadap Tawaran-Tawaran Keduniaan
Sesudah Yesus berpuasa selama empat puluh hari di padang
gurun, secara fisik Yesus lemah. Kondisi “lemah” tersebut dimanfaatkan oleh
iblis untuk mencobai Yesus. Ia mencobai Yesus dengan menawarkan hal-hal yang menggiurkan
(lihat Lukas 4: 1-13).
Pertama : Roti, rezeki, jaminan sosial ekonomi.
Kedua : Kedudukan dan kekuasaan.
Ketiga : Kesenangan dan kenikmatan.
Godaan-godaan iblis bertujuan agar Yesus menggagalkan pilihan
(opsi) mewartakan Kerajaan Allah, dan supaya Yesus menyibukkan diri dengan
jaminan sosial, ekonomi, kekuasaan, dan kesenangan. Yesus menolaknya, bukan
karena hal-hal itu jelek, tetapi karena ada hal yang lebih pokok, yaitu
Kerajaan Allah!
Yesus Bersikap Kritis Terhadap Ideologi Dan Aliran Pada Zaman-Nya
ALIRAN DAN KELOMPOK ZAMAN YESUS
FARISI (dari kata Ibrani Pharesees = ‘terpisah’) Kelompok Farisi adalah kelompok
orang-orang Yahudi saleh yang menerima hukum tertulis dan lisan dan dengan amat
teliti menaati berbagai macam kewajiban. Mereka mengecam Yesus karena Ia
mengampuni dosa, melanggar peraturan Sabat, dan bergaul dengan pendosa.
Sebaliknya, Yesus melawan sikap legalisme lahirilah dan formalisme pembenaran
diri mereka. Mereka bekerja sama dengan para Saduki (lawan mereka) untuk
membunuh Yesus.
SADUKI Kelompok Saduki merupakan salah satu kelompok politik Palestina zaman
Yesus. Mereka mempunyai pengaruh besar dalam bidang politik. Mereka berhubungan
erat dengan para Imam Agung, kaum ningrat, dan golongan konservatif. Dalam hal
agama, mereka menolak tradisi lisan, kebangkitan orang mati, dan adanya
malaikat. Mereka menentang Yesus dan bersama para Farisi mengusahakan
penyaliban Yesus, karena Yesus dianggap mengancam kedudukan politis dan kepentingan
mereka.
ESENI (mungkin berasal dari kata Ibrani Kasidim =’orang-orang setia’) Kelompok
Eseni ini menganggap diri sebagai orang terpilih dari antara orang-orang saleh.
Mereka hidup bermatiraga melaksanakan Hukum Taurat dengan sangat ketat, hidup
berkelompok tanpa milik pribadi, dan sebagian dari mereka tidak menikah. Mereka
hidup demikian karena yakin bahwa mereka akan bangkit dan hidup pada akhir
zaman, waktu di mana hampir semua orang menjadi murtad termasuk pimpinan bangsa
dan imam-imam Yahudi.
ZELOT Kelompok Zelot adalah pejuang-pejuang kemerdekaan Yahudi melawan
orang-orang Roma pada awal abad pertama Masehi dan dalam perang yang berakhir
dengan kehancuran Yerusalem pada tahun 70 Masehi.
Yesus ternyata tidak memilih salah satu dari kelompok-kelompok
atau aliran-aliran tersebut di atas. Yesus memilih aliran dan gerakan-Nya
sendiri, yaitu mewartakan dan memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah. Dalam
rangka mewartakan dan memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah, Yesus menyapa
orang-orang miskin.
Walaupun ia berasal dari kelompok kelas menengah, Yesus
secara sosial bercampur dengan orang-orang yang paling rendah dan menyamakan
diriNya dengan mereka. Mereka adalah orang miskin, buta, lumpuh, kusta,
kerasukan setan (dikuasai oleh roh najis), pendosa, pelacur, pemungut cukai,
rakyat gembel yang buta hukum, lintah darat, dan penjudi. Mereka ini dianggap
oleh orang Farisi sebagai sampah masyarakat yang harus dibuang, tidak berguna
atau najis. Mereka harus disingkirkan dari pergaulan masyarakat, karena menyimpang
dari hukum dan warisan adat-istiadat.
Bersikap kritis terhadap media dan ideologi tanpa tanggung
jawab dan dasar yang kuat akan menyebabkan kita hanya ingin tampil beda saja.
Sebagai murid Kristus,sikap kritis harus berdasar dan dapat dipertanggung
jawabkan. Kita harus mengkritisi berbagai media, cara pandang, dan ideologi
yang mempengaruhi kita agar kita menemukan kehidupan yang autentik (dapat
dipercaya) atau yang sejati.
Budaya modern dengan berbagai teknologi, gaya hidup, dan
ideologi cenderung tidak lagi memusatkan nilai iman dan hanya sedikit memberi
dukungan untuk menghayati iman dalam kehidupan sehari-hari. Bersikap kritis
pada media dan berbagai ideologi menunjukkan bahwa kita mempunyai sikap iman.
Sikap iman merupakan bentuk sikap bagaimana kita menerima
Allah dan kasih Allah yang diwahyukan kepada kita dalam pribadi Yesus melalui
komitmen-komitmen kita.
Sikap kritis terhadap ideologi yang ada, semestinya membuat
kita mampu bertahan dan berkembang sebagai seorang Kristen sejati di
tengahtengah dunia ini.
Konsekuensi dan dasar dari hidup kritis adalah berani
menyatukan diri ke dalam perkembangan dunia, dan berani melepas apa yang
“nikmat” dan menjadi murid Kristus.
Sikap kritis mempunyai 3 proses dasar:
1. Berusaha memusatkan diri pada
perkembangan nilai-nilai atau cita-cita yang kita anggap luhur.
2. Berusaha memalingkan diri dari
keegoisan dan mengarahkan segala perhatian kepada kepentingan bersama.
3. Membuka perhatian kepada hidup yang
lebih sempurna, yaitu ke arah hidup Allah sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar